Tugas Bulan 1
1. Penalaran
Ilmiah
2. Berfikir
Deduktif
3. Berfikir
Induktif
Nama : Wulan
Puspitasari
Kelas : 3EB07
NPM : 29213367
Fakultas
Ekonomi
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DAFTAR ISI :
KATA
PENGANTAR
..................................................................................................................
3
BAB I
..........................................................................................................................................
4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................
4
1.1 Latar Belakang
......................................................................................................................
5
1.2 Rumusan
Masalah ..............................................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah ..............................................................................................................5
BAB II
..........................................................................................................................6
PEMBAHASAN
…...................................................................................................................6
2.1 Pengertian
Penalaran ………………………………………………………………..5
2.1.2 Jenis-Jenis
Penalaran……………...................................................................................6
2.1.3
Pengertian Berfikir Deduktif …………………………………………………………....6
2.1.4 Macam-macam Penalaran
Deduktif……………...……………………………………..7
2.1.5 Pengetian Penalaran
Induktif………………………………………………………........8
2.1.6 Bentuk-bentuk Penalaran
Induktif.....................................................................................9
2.2
Macam Hubungan
Kausal................................................................................................9
BAB III .....................................................................................................................................
11
KESIMPULAN
.........................................................................................................................11
BAB IV
.....................................................................................................................................12
PENUTUP .................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................13
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan
judul “Penalaran Ilmiah,
Berfikir Deduktif Dan Berfikir Induktif “.
Di dalam
pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang apa itu Penalaran Ilmiah, Berfikir Deduktif Dan Berfikir
Induktif.
Dalam
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan terima kasih
kepada dosen Matakuliah Sofftskills, yang telah
memberikan waktu dan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata saya menyadari bahwa
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, oleh
karena itu saya mengharapkan saran, kritik dan petunjuk dari berbagai pihak
untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
Semoga makalah yang telah saya buat ini
dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi bagi para pembacanya. Terima
kasih.
Depok, 6 Oktober 2015
A. PENGERTIAN DAN JENIS
2.1. PENALARAN ILMIAH
Pengertian Penalaran
Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses
berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang
bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir
lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan
diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar,
lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena
penalaran mendidik manusi bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu
sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35),
“Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha
menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan.Fakta adalah
kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus
mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu
kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba,
dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir,
memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar
berpikir adalah klasifikasi”.
Sedangkan Widjono, (2007:209), mengungkapkan penalaran
dalam beberapa definisi, yaitu:
1) Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai
dengan
simpulan.
2) Menghubung-hubungkan
fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
3) Proses menganalisis suatu
topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
4) Dalam karangan terdiri
dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji,
membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji
sampai
menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan.
5) Pembahasan suatu masalah
sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau
pengertian baru.
Jadi, dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa penalaran adalah proses pemikiran yang logis untuk memperoleh
kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan (sebenarnya). Atau dengan kata lain,
penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menghasilkan dan
menarik kesimpulan.
2.1.2 JENIS PENALARAN
Minto Rahayu, (2007 : 41), penalaran
dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif.
1) Penalaran induktif
Ialah proses berpikir yang bertolak
dari satu atau sejumlah fenomena atau gejala individual untuk menurunken suatu
kesimpulan (inferesi) yang berlaku umum.
Proses induksi dapat dibedakan menjadi:
a) Generalisasi
Ialah
proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat
tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala
serupa.
b) Analogi
Ialah suatu proses berpikir untuk menarik
kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan
beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial
penting yang bersamaan.
c) Sebab akibat
Prinsip umum hubungan sebab akibat
menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.
2). Penalaran deduktif
Ialah proses berpikir yang bertolak
dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala
atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang
merupakan bagian dari hal atau gejala diatas.
2.1.3
BERFIKIR DEDUKTIF
Deduksi berasal dari bahasa Inggris
deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang
umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir
yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Dalam deduktif telah diketahui kebenarannya secara umum,
kemudian bergerak menuju pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau
gejala-gejala khusus atau individual. Jadi deduksi adalah proses berfikir yang
bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, toeri, keyakinan) menuju hal
khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu ditariklah kesimpulan tentang hal-hal
yang khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa itu.
Contoh
:
–
Semua
mahluk akan mati.
–
Manusia
adalah mahluk.
–
Karena
itu semua manusia akan mati.
Dari contoh
tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam tiga
tahap.
Pertama, generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenarannya.
Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
Pertama, generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenarannya.
Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
2.1.4 MACAM-MACAM PENALAARAN DEDUKTIF :
a. Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta
lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2
pendapat dan 1 kesimpulan.
Jenis-jenis Silogisme :
1) Silogisme Kategorial
2) Silogisme Hipotetik
3) Silogisme Alternatif
4) Silogisme Disjungtif
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang
kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Contoh:
–
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis
Umum)
–
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus).
–
Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah
semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotetis
bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam
proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung
pernyataan yang bersifat hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor
dari silogisme ini adalah:
Jika
P, maka Q
Contoh
:
Premis
mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis
minor : Hujan tidak turun.
Konklusi : Sebab itu panen
akan gagal.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
∴ Jadi,
Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
b. Entimem
Silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran
tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya silogisme
itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun
dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran, dan dianggap
diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini dinamakan entimem yang
berarti ‘simpan dalam ingatan’ dalam bahasa yunani. Dalam tulisan-tulisan
bentuk inilah yang dipergunakan, dan bukan bentuk yang formal seperti
silogisme.
Contoh
:
- Premis
mayor : Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup adalah
Seorang
pemain
kawakan.
- Premis
minor : Rudy Hartono terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas
Cup.
-
Konklusi : Sebab itu
Rudy Hartono adalah seorang pemain (bulu tangkis) kawakan.
-
Entimem :
Rudy hartono adalah seorang pemain bulu tangkis kawakan, karena terpilih
untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.
2.1.5 PENALARAN INDUKTIF
Penalaran merupakan pemiikiran, logika, pemahaman. Penalaran
adalah proses berpikir yang dapat menghasilkan pengertian atau kesimpulan. Penalaran
berlawanan dengan panca indera karena, nalar didapat dengan cara berpikir
sehingga dapat mengetahui suatu kebenaran.
Induktif merupakan hal yang dari khusus ke umum. Sehingga
dapat dikatakan berpikir induktif adalah pola berpikir melalui hal-hal yang
dari khusus lalu dihubungkan ke hal-hal yang umum.
Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari
peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan
mengjasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.
Contoh penalaran induktif :
–
Kucing berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan.
–
Kelinci berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan.
–
Panda berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan.
–
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan.
2.1.6
BENTUK-BENTUK PENALARAN INDUKTIF
a. Generalisasi : Proses penalaran yang
mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai
sifat tertentu untuk mendapatkan
simpulan yang bersifat umum.
Contoh
generalisasi :
–
Jika
dipanaskan, besi memuai.
–
Jika
dipanaskan, baja memuai.
–
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
–
Jadi, jika
dipanaskan semua logam akan memuai.
b. Analogi : Cara
penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama.
Contoh analogi:
–
Ronaldo
adalah pesepak bola.
–
Ronaldo
berbakat bermain bola.
–
Ronaldo
adalah pemain real madrid.
c. Hubungan
kausal : penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
2.2 MACAM HUBUNGAN KAUSAL :
1. Sebab- akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta
yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola
sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan
gagasan penjelas.
Contoh : Karena
terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
2. Akibat – Sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian
dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh : Jari kelingking Budi patah karena
memukul papan itu.
3. Akibat – Akibat.
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan
akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh
: Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan
jemuran
dirumah basah.
KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan diatas,
dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran
Induksi dan penalaran Deduktif.
- Penalaran Induktif adalah
proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya
disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif
yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan
akibat–sebab.
- Penalaran Deduktif adalah
proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut
Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem.
Daftar Pustaka
·
Rahayu,
Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta :
Grasindo.
·
Keraf Gorys, Argumentasi dan
Narasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia, 1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar