Banner Link Gunadarma
".

Kamis, 08 Oktober 2015

Penalaran Ilmiah, Berfikir Deduktif Dan Berfikir Induktif

 Tugas Bulan 1

  

 


1. Penalaran Ilmiah
2. Berfikir Deduktif
3. Berfikir Induktif



Nama : Wulan Puspitasari
Kelas : 3EB07
NPM : 29213367





Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS GUNADARMA





 DAFTAR ISI :

KATA PENGANTAR  .................................................................................................................. 3
BAB I  .......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN  ....................................................................................................................... 4
1.1  Latar Belakang  ...................................................................................................................... 5
1.2  Rumusan Masalah      ..............................................................................................................5 
1.3  Tujuan Makalah         ..............................................................................................................5 
BAB II                 ..........................................................................................................................6
PEMBAHASAN    …...................................................................................................................6
2.1   Pengertian Penalaran ………………………………………………………………..5
     2.1.2  Jenis-Jenis Penalaran……………...................................................................................6
     2.1.3  Pengertian Berfikir Deduktif …………………………………………………………....6
     2.1.4  Macam-macam Penalaran Deduktif……………...……………………………………..7
     2.1.5  Pengetian Penalaran Induktif………………………………………………………........8
    2.1.6  Bentuk-bentuk Penalaran Induktif.....................................................................................9
       2.2   Macam Hubungan Kausal................................................................................................9
BAB III   ..................................................................................................................................... 11
KESIMPULAN   .........................................................................................................................11
BAB IV    .....................................................................................................................................12
PENUTUP   .................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA  ..................................................................................................................13







                                                          KATA PENGANTAR
         Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan judul “Penalaran Ilmiah, Berfikir Deduktif Dan Berfikir Induktif “.
         Di dalam pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang apa itu Penalaran Ilmiah, Berfikir Deduktif Dan Berfikir Induktif.
         Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan terima kasih kepada dosen Matakuliah Sofftskills, yang telah memberikan waktu dan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini.
        Akhir kata saya menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu saya mengharapkan saran, kritik dan petunjuk dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
        Semoga makalah yang telah saya buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi bagi para pembacanya. Terima kasih.

                                                                                                                 Depok, 6 Oktober 2015







   A. PENGERTIAN DAN JENIS

  2.1.   PENALARAN  ILMIAH

      Pengertian Penalaran

     Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusi bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.

Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan.Fakta  adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi”.

Sedangkan Widjono, (2007:209), mengungkapkan penalaran dalam beberapa definisi, yaitu:
  1)   Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai  
        dengan simpulan.
  2)   Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
  3)   Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
  4)   Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji,   
        membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai  
        menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan.

 5)    Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau  
        pengertian baru.

       Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah proses pemikiran yang logis untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan (sebenarnya). Atau dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menghasilkan dan menarik kesimpulan.

     2.1.2  JENIS PENALARAN

Minto Rahayu, (2007 : 41), penalaran dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif.
1)  Penalaran induktif
        Ialah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena atau gejala individual untuk menurunken suatu kesimpulan (inferesi) yang berlaku umum.
Proses induksi dapat dibedakan menjadi:
a)  Generalisasi
        Ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
b)  Analogi 
        Ialah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
c)  Sebab akibat
        Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.

2). Penalaran deduktif
Ialah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang merupakan bagian dari hal atau gejala diatas.

    2.1.3 BERFIKIR DEDUKTIF

     Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Dalam deduktif telah diketahui kebenarannya secara umum, kemudian bergerak menuju pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau gejala-gejala khusus atau individual. Jadi deduksi adalah proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, toeri, keyakinan) menuju hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu ditariklah kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa itu.
Contoh :
        Semua mahluk akan mati.
        Manusia adalah mahluk.
        Karena itu semua manusia akan mati.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap.
Pertama, generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenarannya.
Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.

    2.1.4   MACAM-MACAM PENALAARAN DEDUKTIF :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.

Jenis-jenis Silogisme :
1)      Silogisme Kategorial
2)      Silogisme Hipotetik
3)      Silogisme Alternatif
4)      Silogisme Disjungtif

1. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
        Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis Umum)
        Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus).
        Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan

2. Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah:
Jika P, maka Q

Contoh :
Premis mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis minor  : Hujan tidak turun.
Konklusi         : Sebab itu panen akan gagal.

3. Silogisme Alternatif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. 
Contoh:
-       Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
-       Nenek Sumi berada di Bandung.
  Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

b. Entimem

Silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini dinamakan entimem yang berarti ‘simpan dalam ingatan’ dalam bahasa yunani. Dalam tulisan-tulisan bentuk inilah yang dipergunakan, dan bukan bentuk yang formal seperti silogisme.
Contoh :
-   Premis mayor : Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup adalah Seorang
                              pemain kawakan.
-  Premis minor   : Rudy Hartono terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.
-  Konklusi          : Sebab itu Rudy Hartono adalah seorang pemain (bulu tangkis) kawakan.
-  Entimem          : Rudy hartono adalah seorang pemain bulu tangkis kawakan, karena terpilih
                             untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.

    2.1.5  PENALARAN INDUKTIF

Penalaran merupakan pemiikiran, logika, pemahaman. Penalaran adalah proses berpikir yang dapat menghasilkan pengertian atau kesimpulan. Penalaran berlawanan dengan panca indera karena, nalar didapat dengan cara berpikir sehingga dapat mengetahui suatu kebenaran.
Induktif merupakan hal yang dari khusus ke umum. Sehingga dapat dikatakan berpikir induktif adalah pola berpikir melalui hal-hal yang dari khusus lalu dihubungkan ke hal-hal yang umum.
Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.
Contoh penalaran induktif :
        Kucing berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
        Kelinci berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
        Panda berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
        Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.

    2.1.6    BENTUK-BENTUK PENALARAN INDUKTIF

a. Generalisasi : Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai
                          sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
   Contoh generalisasi :
        Jika dipanaskan, besi memuai.
        Jika dipanaskan, baja memuai.
        Jika dipanaskan, tembaga memuai.
        Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.

b. Analogi : Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
                    yang sama.
    Contoh analogi:
        Ronaldo adalah pesepak bola.
        Ronaldo berbakat bermain bola.
        Ronaldo adalah pemain real madrid.

c. Hubungan kausal : penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

    2.2  MACAM HUBUNGAN KAUSAL :

   1. Sebab- akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.
Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.

2. Akibat – Sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh : Jari kelingking Budi patah karena memukul papan itu.

3. Akibat – Akibat.
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh : Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran
               dirumah basah.




     KESIMPULAN

                Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran Deduktif.


-        Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.


-        Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem.
 
-        Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem.
 






Daftar Pustaka

·         Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.
·         Keraf Gorys, Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia, 1989.









  


       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar